Sepiring pasta aku lahap dengan rakus. Sepiring pasta yang enak sekali, punya kualitas seperti di restorant mahal.. namun.. bukan karena itu aku memakannya dengan penuh napsu.. bukan karena rasa enaknya.
Orang-orang yang melihat mungkin akan berfikir “wah.. segitu enaknya ya pastanya?”
Biarlah..
aku memang ingin orang berfikir seperti itu.. orang berfikir tentang pastanya.. bukan tentang aku.
Karena.. lezatnya pasta itu bukan alasanku makan seperti ini.
Aku tau ini lezat.. aku tau ini enak.. namun hatiku tidak mengerti tentang rasa itu.
Lebih tepatnya hatiku sedang tidak merasakan apa-apa.. oke.. ralat.. bukan tidak merasakan apa-apa, tetapi tidak merasakan rasa “enak” sama sekali.
Pasta ini hanya aku jadikan topeng untuk menghindari orang mengetahui tidak enaknya hatiku saat ini.
“Reika.. itu udah piring ketiga..” ujar temanku yang ada disampingku saat itu.
Aku diam saja.. takutnya kalau bicara, topeng ini akan terbuka.
Sudah satu jam.. aku tidak beranjak dari pondokan pasta ini.. pondokan yang menyelamatkanku.. pasta enak yang menyelamatkanku.
Hahaha… aku bersyukur.. untung pasta ini enak.. jadi orang tidak akan memandang aneh tentang aku yang masih setia berdiri disini.
Seandainya pasta ini tidak enak, entah apa jadinya..
Berdiri di pondokan somay, aku tidak segitunya dengan somay.
Berdiri di pondokan kambing guling, aku tidak bisa makan kambing kebanyakan karena ada darah tinggi.
Berdiri di pondokan bakso, ah.. aku bosan makan bakso.
Sedangkan pasta.. semua tau aku suka pasta.
Semua tau seorang aku adalah penggila pasta.
Maka biarlah seperti ini..
Biarlah orang melihat aku seperti ini seperti maniak pasta yang sudah makan berpiring-piring pasta karena pastanya enak.
Aku pandangi pondokan yang cukup sepi ini.. tidak seramai pondokan dimsum disebelahnya yang membuat orang mengantri. Aku lihat baik-baik dewa penyelamatku saat ini.. teman setiaku saat ini.
Sampai akhirnya… habis..
Lalu aku taruh piringku. Dan berjalan pulang.
Aku berjalan tenang dan cenderung agak lambat, ya mungkin karena perut ini agak kekenyangan. Mobilku datang.. dan aku naik.
“mbak kemana sekarang?” tanya supirku.
Aku tidak tahan lagi… aku menangis.. kencang sekali.. sampai tidak mampu menjawab pertanyaan supirku.
Akhirnya mobil tetap melaju karena mobil dibelakang sudah banyak yang mengantri.. mobil ini tetap melaju tanpa tau arah tujuannya. Sesekali supirku melirik lewat kaca spion.. namun aku tetap tidak menunjukkan seperti orang yang bisa diajak bicara.
Akhirnya.. tanpa ada pilihan lain.. mobil itu tiba dirumahku.
Beberapa orang menghampiriku.. membuka pintu dan mengambil barang-barang yang ada di mobil.. aku turun dengan lantah gontai.. tentu saja sisa air mata ini membuat semua segan untuk menyapaku..
Lalu sampailah aku kekamarku.. dan kulemparkan badanku ke kasur.. aku meraih handphone yang sedari tadi bergetar di tas pestaku. Suara yang terlihat sangat khawatir terdengar,
“kok baru angkat telephone.. gimana pernikahan mantanmu itu?”
aku tersenyum dan menjawab..
“pastanya enak.. gw makan banyak tadi..”.