Kamis, 20 Oktober 2011

(karena) BIMBANG


04 Agustus 2011

“hoi! Apa kabar buu?”

kata Arka yang membalas sapa Rafa di blackberry messenger. Rafa tersenyum, dan langsung membalas dengan cepat, perbincangan pun mengalir lancar seperti yang biasa terjadi. Hati Rafa mendadak terasa lega, pemikiran jelek bahwa Arka menghapus namanya dari contact list langsung hilang begitu saja,

“contact gue emang pada ilang semua, terus lupa gue invite-invite ulang” balas Arka menjawab pertanyaan Rafa tentang namanya yang hilang mendadak dari contact listnya.

Wajar saja Rafa sempat berfikiran buruk, karena memang perbincangan terakhir keduanya tidak berlangsung dengan baik.Pikirannya terawang pada malam itu, sekitar tiga bulan yang lalu, ketika Rafa dengan bibir bergetar dan jantung yang hampir copot menyatakan perasaannya kepada Arka. Ketika itu, Arka tidak marah..namun memang tidak mungkin membalas perasaan Rafa, selain karena dirinya tidak mempunyai rasa yang sama namun hatinya juga sudah tertambat dalam kepada seorang gadis yang sampai saat ini menjadi pacarnya. Memang saat itu tidak ada pertengkaran ataupun perang dingin, Rafa dan Arka bisa menyikapi masalah yang tidak biasa ini dengan dewasa.

Dan malam ini, setelah hari itu..Rafa kembali menyapa Arka, menahan segala rasa malu atau kesedihan yang tersisa semenjak malam pengakuan yang menyakitkan itu.

“gue cuma mau bilang.. happy birthday J itulah kalimat yang tertulis oleh Rafa setelah perbincangan temu kangen sebelumnya.

Ini memang hari yang cukup berarti dan cukup sakti..bayangkan.. setelah segala daya upaya melupakan sosok Arka, tanggal ini menjadi semacam alarm didalam hatinya. Selain ini hari ulang tahun Arka, moment yang perlu diingat bahwa ini adalah tanggal dimana empat tahun lalu mereka bertemu.Suatu kenangan yang berarti buat Rafa namun mungkin tidak ada artinya bagi Arka.
“gue minta alamat lengkap lo dong” tanya Rafa yang langsung menuju kepada pokok permasalahan.. karena memang Rafa membuat dirinya tidak mau terlampau larut dengan perbincangannya dengan Arka, karena dirinya cukup khawatir hatinya bisa kembali terbawa larut.
Arka tidak terlampau berfikir macam-macam, apalagi ketika Rafa bilang hanya ingin mengiriminya kado, alamatpun diberikan kepada rafa.Tidak menyangka, ini menjadi permasalahan dirinya dikemudian hari.


06 Agustus 2011

Arka masih tertidur ketika Dinda pacarnya sudah duduk disampingnya.Tangan Dinda dengan halus membelai rambut Arka hingga akhirnya Arka terbangun dari tidurnya.

“aduh.. sori-sori.. ketiduran,, maaf sayang.. duh.. filmnya telat ya?  Aduh gimana dong… apa coba lihat di internet, kita cari yang di tempat lain” ujar Arka yang panik melihat jam karena sudah lewat satu jam dari jam janjian mereka.
“nggak usah ah.. kita dirumah aja.. lagian kamu kan capek, kemaren baru tidur pagi kan?” jawab Dinda sambil tersenyum
Arka yang masih merasa tidak enak karena ingkar janji akhirnya tersenyum tipis, hatinya mengagumi pacarnya yang sangat penuh pengertian.

“oh iya, ini ada paket.. buat kamu.. tadi aku temuin di halaman rumah kamu, ya udah aku ambil aja” kata Dinda sambil memberikan sebuah paket yang dibungkus kertas berwarna merah.

Arka mengambil paket itu dari tangan Dinda, dan ketika melihat nama pengirimnya Arka langsung tersenyum.
“oh.. dari rafa toh..” kata Arka dalam hati.
“dibuka dong..” kata Dinda.
“nanti aja.. itu kado dari temen lamaku..” jelas Arka
“temen lama?”
“iya.. temen lama.. maksudnya.. temen.. terus lama nggak ketemu gitu.. udah sama-sama sibuk juga soalnya” terang Arka tenang.
“hahaha… bisa aja kamu nyebutnya temen lama.. kalo aku apa dong? Temen baru?”goda Dinda.
“mm… kamu… pacar baru.. eh salah.. pacar selamanya deh..” balas Arka
“pacar selamanya?  Yahh… masa’ pacaran terus..kapan dilamarnya?” kata Dinda sambil memanyunkan bibirnya.
Arka dengan sigap memeluknya.. “wooo.. minta dilamar.. nggak sabarr.. woo”

Keduanya langsung larut dalam gurau canda, melupakan janji nonton film yang terlewat malam ini.


10 Agustus 2011

Arka dengan panik menggedor kamar Dinda yang terkunci rapat.
“sayang.. plis buka pintunya.. kamu itu kenapa sih!!”
akhirnya dirinya tidak tahan lagi.. dengan sekuat tenaga Arka mendobrak pintu kamar Dinda.
“ASTAGAA!!!DINDAA!! “ teriak arka melihat kondisi kamar dinda,
Dinda tetap tidak bergeming, walaupun teriakan Arka semakin menjadi-jadi. Dinda melihat dengan tatapan kosong tong sampahnya yang merah menyala karena api di dalamnya. Arka dengan cepat mengambil gelas berisi air yang kebetulan ada di meja dan disiramkan kedalam tong sampah yang sudah semakin menghitam karena terbakar.
“itu apa!!! Kamu bakar apa!! Kamu kenapa sih din!!!” ujar Arka sambil menggoncang-goncangkan tubuh Dinda.
Dinda tidak menjawab apa-apa, hanya air matanya saja yang mengalir semakin deras. Arka akhirnya meraih tong sampah itu, dan ketika itu sisa kertas berwarna merah yang ada tulisan Rafa diambil oleh Arka.
“kapan kamu ambil kado ini? Emang isinya apa?” tanya Arka heran.
“aku nggak suka dia! Kamu nggak butuh kado itu!” kata Dinda yang berlanjut dengan tangisan histeris.
Arka akhirnya memilih tidak melanjutkan pertanyaan apapun,, dirinya langsung memeluk Dinda erat-erat, tidak mau memikirkan apa yang sudah terjadi sebenarnya.


12 Agustus 2011

“tumben elo ka maen basket siang-siang?!” tanya Hendry yang merebut bola basket yang sedang Arka drible.
“iya.. bosen gue dirumah.. “ jawab arka sambil berjalan melipir ke pinggir lapangan untuk mengambil botol minum yang sudah dibawanya dari rumah.

Pandangannya kemudian tertuju kepada sebuah buku yang ada disamping botol minumnya.
“ini buku siapa? Buku lo? Buset..ngapain lo baca novel cewek.. hahaha.. judulnya apaan nih.. Taman Hati ?!???? hahahaha… “ ejek Arka kepada Hendry.
“loh.. elo belom baca?! Liat dong nama pengarangnya!” jawab Hendry.
Bagaikan petir di siang bolong Arka ketika melihat nama “Rafa kurniasari” di cover buku itu.
“Rafa?!”
“boong banget elo belom baca?” tanya Hendry bingung.
“belom! Gue bahkan nggak tau apa-apa..”
Hendry langsung menghampiri Arka dan duduk tepat didepannya sambil menatap matanya dalam-dalam.
“Rafa kirim cetakan pertamanya sebagai hadiah ulang tahun lo..dia cerita sama gue. Kok bisa elo belom baca?”selidik Hendry.
Maklum saja Hendry tau banyak, karena Hendry adalah teman Rafa dan Arka, bahkan Hendry yang dulu mempertemukan mereka berdua.
“ini tentang apa? Gue nggak tau!! Iya, gue dapet, tapi cewek gue bakar karena kesel, oh.. jadi isinya buku..tentang apa?”
“tentang elo… tentang perasaannya selama ini ke elo.. dia bikin ini berupa kumpulan cerita pendek gitu..  baca aja.. “

Akhirnya sampai maghrib tiba, Arka menghabiskan waktu di lapangan itu untuk membaca buku tulisan Rafa itu.  Dirinya terlarut dalam setiap cerita yang sebenarnya sudah tidak asing bagi dirinya karena memang dia alami sendiri.Hendry masih setia menemani, mungkin dirinya sudah tau kalau setelah membaca buku Rafa, pasti Arka butuh teman cerita.

“gimana bukunya?” tanya Hendry ketika melihat Arka sudah menutup bukunya.

“gue nggak nyangka dia inget semua kejadian-kejadian dulu, yang gue aja.. bahkan udah hampir lupa.. kok bisa ya? Yang nggak gue anggep penting..ternyata itu berarti buat dia, bahkan gombalan-gombalan sampah gue.. itu kata mutiara buat dia.. gila.. kok bisa ada orang segitunya punya perasaan ke gue, padahal udah jelas-jelas gue nyakitin dia.” Kata Arka.
“dia tulus nyet sama elo! Dia itu cinta sama elo.”

“besok.. temenin gue yuk.. gue mau temuin dia, just say thanks.. “

Hendry menjawab dengan senyum, hatinya cukup lega, bahwa Arka sudah banyak berubah, setidaknya saat ini dia mengerti cara menghargai perasaan.


13 Agustus 2011

Hendry sudah setengah jam menunggu di lapangan, memang kemarin Arka janji akan bertemu disini dulu untuk akhirnya bersama pergi kerumah Rafa. Namun tiba-tiba handphone Hendry berdering,

“buset.. buruan.. panas nih gue nungguin lo..” kata Hendry.

“ndry.. sori.. cancel semuanya.. ini gue bimbang banget, cewek gue salah sangka.. ngiranya gue bakal selingkuh, padahal gue cuma mau ngucapin terimakasih.. dan maaf.. karena gue  baru tau.. cewek gue telephone rafa dan ngamuk-ngamuk sama Rafa waktu itu.. gue milih cewek gue ndry.. sori..”

Hendry tertunduk lesu mendengar perkataan Arka,


“nggak usah minta maaf sama gue, disini gue cuma perantara, karena elo dan Rafa temen gue. Gue cuma bingung, kenapa elo harus bimbang sama sesuatu yang elo udah tau harus gimana, dan satu lagi..ini bukan masalah pilihan.. elo udah jelas-jelas milih cewek lo kok, gue cuma ngira tadinya sekalii aja dalam hidup lo, elo bisa hargai perasaan Rafa.. setidaknya hanya dengan ngucapin terimakasih. Tapi ya udah..oke deh.. yuk”ujar Hendry sambil langsung menutup telephone dari Arka


24 Agustus 2011

“halo ndry.. sori.. maaf ganggu…mmm.. gue boleh minta nomor telephone Rafa nggak? Ini kan hari ulang tahun dia, gue mau ngucapin selamat, sama..mm.. ya ngucapin terimakasih buat kado dia.. kayaknya momentnya pas deh..” tanya Arka.

“elo nggak takut sama cewek lo?”

“tenang aja… Dinda lagi keluar kota, aman gue buat telephone Rafa, kalau kerumah dia juga bisa kok, mau malem ini kerumah dia?”

Hendry terdiam cukup lama mendengar perkataan Arka .

“ka… mungkin ucapan selamat dan terimakasih atau maaf lo bisa elo simpen sendiri aja?”

“nyettt!! Elo marah sama gue?!???Oke!! Gue salah!!!! Gue salah!!! Tapi nggak ada kata terlambat cuy!! Ini hari yang pas banget!! Plis..berapa nomer telephone dia, contact dia ilang semua soalnya, diapus Dinda.” Jelas Arka dengan nada tinggi.

“bukan.. karena Rafa udah pindah ke jerman, dia juga apus contact semua orang termasuk gue. Nggak ada yang tau, sekeluarga pindah kesana soalnya. Elo telat ka.. “

Hendry langsung menutup telephone-nya, membuat Arka terpaku di seberang sana, penuh penyesalan. Tiba-tiba lamunannya dibuyarkan oleh seseorang,

“Hendry, yuk kita potong kue..”

“nanti first cake buat aku ya..” ujar Hendry.

Rafa tersenyum malu ketika Hendry mengatakan itu, jelas..first cake itu pasti akan jatuh ke tangan Hendry,.

MONOLOG GITARKU

Namaku Black.. nama yang mungkin terdengar menyeramkan buat yang mendengarnya, seakan aku mempunyai jiwa yang garang dan liar. Entahlah, sepertinya dia tidak memikirkan sejauh itu ketika mencantumkan nama itu kepadaku, iya.. dia memang seperti itu.. terbiasa melihat bagian luar saja.. maka tidak heran, ketika melihat warna body-ku yang hitam dengan mudahnya dia memanggil aku Black.  Dia tidak mempertimbangkan tentang petikan-petikan dan melodi pop romantis ataupun nada-nada minor penuh kesedihan yang sering lahir lewat aku..
Aku sama seperti dia, karena memang aku milik dia.

Aku sehalus dia,
Aku serapuh dia,
Aku sebimbang dia,
Aku juga penuh cinta mirip dia,
Aku jauh dari kesan ”BLACK” .. tidak sekuat itu.
Kenapa dia tidak memberikan aku nama ”Pink” atau ”Red” seperti warna kesukaannya.. atau apa saja yang lebih mencerminkan diri dia..

Lihat bagian atasku.. masih ada bekas tetes air mata dia kemarin. Aku juga tidak tau apa penyebabnya, dia hanya bermain-main dengan handphonenya dan kemudian menangis. Memang aku tidak bisa baca apa yang ada di handphonenya dan membuat dia menangis, tapi aku tau persis.. pasti tentang cowok itu.. cowok yang empat tahun dia gila-gilai sampai membuatnya benar-benar terlihat gila. Pernah aku melihat fotonya, waktu itu dia masih memangku aku sambil melihat-lihat foto cowok itu didalam laptopnya. Cowok itu sudah punya pacar, di semua fotonya dia tidak pernah sendiri.. pasti bersama pacarnya. Cowok itu juga tidak ganteng, setidaknya lebih ganteng teman-teman dia yang lain yang pernah memainkan aku ketika main disini.

Tapi kenapa banyak sekali lagu yang dia ciptakan untuk cowok itu, semua nada, semua rasa.. pernah dia ciptakan untuk cowok itu.. padahal sekalipun aku tidak pernah melihat wujud lelaki itu. Iya.. aku hanya melihatnya lewat foto di laptop, atau mendengar suaranya di telephone, tapi aku tidak pernah melihat wujudnya.. cowok itu tidak pernah sekalipun datang kesini.. cowok itu begitu jauh dari dia..

Kemarin.. aku juga sempat shock.. karena.. setelah menangis begitu histeris.. untuk pertama kalinya dia membanting aku.. jangan khawatirkan aku akan rusak.. kualitasku cukup bagus, dibanting sekali dengan kekuatan lemah seperti itu tidak akan dengan cepat membuatku rusak. Aku juga tidak khawatir dengan dia yang terlihat membenciku saat membantingnya, setidaknya selama aku belum dibakar dan dihilangkan dari muka bumi ini.. aku tidak apa-apa menjadi penyaluran amarah dia.. ,
Aku hanya khawatir dengan hatinya...
Aku selama ini digenggam oleh dia untuk bisa menguatkan hati dia, namun ketika aku sudah dibanting.. siapa yang bisa menguatkan hati dia..?

Kadang aku berfikir, seandainya aku terlahir sebagai manusia, aku adalah orang yang pantas untuk mendampingi dia. Aku tau dia tidak hanya lapisan luar, aku tau dia sampai ke hatinya.. kesetiaanku juga tidak perlu diuji, dia sering ketika senang lupa dengan aku.. tapi aku tidak pernah tutup kuping ketika jemarinya mulai menyentuhku kembali.

Sayangnya aku bukan manusia.. saat dia memelukku karena senang berhasil menciptakan karya baru.. aku tidak bisa memeluknya balik.
Saat dia menangis.. aku tidak bisa menghapus air matanya..
Saat dia memuji suaraku yang merdu.. aku tidak bisa membalasnya dengan mengatakan ”semua karena kamu yang memainkannya”

Aku adalah sesuatu yang dibutuhkannya..
Ketika dia tidak bisa bercerita dengan siapa-siapa, ketika dia tidak bisa menumpahkan isi hatinya kepada siapa-siapa..
Dia hanya bisa menyalurkannya lewat aku..
Dan ketika dia membantingku kemarin.. rasanya aku ingin berteriak kepada dia..
”lalu siapa sekarang yang bisa menjadi pengganti aku? Yang setia menemani kamu?”

Dan hari ini.. dia belum menyentuhku sama sekali, aku tau dia tidak kemana-mana hari ini.. barusan dia melintas didepanku, namun dia seakan tidak mau melihatku, aku dibiarkan tergeletak di lantai.. dengan posisi sama persis waktu terakhir dia membantingku. Iya, dia belum menyentuhku lagi sejak kemarin.

Aku mulai khawatir.. sangat khawatir.. 
Tunggu.. dia datang.. dia duduk disampingku.. dia sedang melihatku.. tapi.. kenapa dia tidak menyentuhku.. dia hanya melirik aku dengan tatapan sinis. Akhirnya, dia mulai berbicara denganku.. membuat aku termenung..

”akhirnya aku sudah ada di titik ini,suatu titik ketika membuat lagu menjadi sangat melelahkan. Selalu seperti ini, aku hanya bisa berbicara lewat black.. bukan kepada kamu. Puluhan lagu .. atau mungkin sudah sampai ratusan lagu aku ciptakan untuk kamu.. terlampau banyak peristiwa.. terlampau banyak rasa.. terlampau banyak mimpi yang harus aku keluarkan.. dan semua hanya bisa aku sampaikan lewat gitarku.. bukan ke kamu.. padahal semua tentang kamu dan kamu tidak pernah tau. Aku sudah terlampau lelah untuk merasakan apapun.. lelah menciptakan lagu demi menyalurkan semua hasrat yang semakin menggebu. Semakin hari aku semakin merasa menjadi orang gila.. Black sering aku anggap seperti kamu.. iya.. sangat gila. Dan kegilaan ini harus aku hentikan..”

Aku terdiam melihat dia yang menumpahkan isi hatinya, astaga air mata itu lagi.. dan kali ini terlihat jauh lebih pedih. Apalagi ketika dia mulai menggenggamku.. dan membawaku pergi. Kebingunganku terjawab ketika aku dan dia sampai diruangan yang gelap ini..

”Black.. aku memilih untuk mematikan semua cintaku.. dan.. aku tidak bisa melihatmu dulu.. karena aku tidak mau mencurahkan isi hatiku lagi ke kamu, isi hatiku sudah aku buang.. sekarang sudah kosong..selamat tinggal black..”

Aku memandangnya yang beranjak pergi menjauhi aku. Dia menutup pintu itu dan menguncinya rapat-rapat.. aku ditinggal didalam ruang gelap dan sempit yang penuh debu ini..
Sekarang.. aku benar-benar sesuai dengan namaku.. ”BLACK”. Kelam..
Namun disisi hatiku yang lain aku percaya, pintu itu akan terbuka lagi, dan aku akan kembali ada dipelukannya, jemarinya akan kembali menyentuhku, aku juga akan kembali mendengar cerita tentang dia..
Ya.. dia akan kembali.. ketika hatinya kembali terisi.. oleh sosok lain, sosok baru.. dia akan menghasilkan lagu-lagu cinta yang indah dan romantis, bahkan mungkin aku bisa saja dimainkannya di atas panggung sewaktu dia menikah nanti.. aku yakin pasti akan seperti itu akhirnya.
Baiklah.. sementara.. aku tunggu saja dulu diruangan ini.. menunggu pintu itu kembali terbuka sama seperti hatinya..